Minggu, 01 Januari 2017

Evaluasi Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

     Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi , dimana suatu tujuan telah dicapai, definisi diatas menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, yang dimana sesuatu dapat dicapai. Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris “evaluation” yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengikuti keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.[1]

            Ross dan kawan-kawan mendefinisikan evaluasi dengan “A systematic, rigorous, and meticulous of scientific methods to assess the design, implementation, improvement, or outcomes of a program. It is a recource intensive process, frequently requiring resources, such as, evaluate expertise, labor, time and sizeable budget”[2]
            Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa dan pengajar. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti pelajaran. Pada kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang memuaskan maka akan memberikan dampak berupa suatu stimulus dan motifator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi.
            Prof. Drs. Haris Mujiman mengatakan bahwa yang dilakukan siswa dalam mengefektifkan pembelajaran yaitu siswa memahami tinjauan khusus mata pelajaran, mempelajari bahan ajar, menemukan bagian yang tidak dipahami, menentukan apa yang harus ditanyakan atau data informasi yang harus dicari, mengajukan pertanyaan pada guru, dan mencari data yang diperlukan, mengolah, atau menganalisis data untuk mendapatkan jawaban serta melakukan evaluasi.[3]
            Di dalam perkembangannya, model-model evaluasi berkembang macamnya. banyak pemikir yang menemukan model-model baru dalam evaluasi. Dalam tulisan ini akan mendeskripsikan secara ringkas perkembangan studi tentang evaluasi yang telah melahirkan berbagai model evaluasi. Dengan mengetahui ragam model evaluasi diharapkan akan menambah khazanah informasi kepada para pelaku pendidikan, khususnya tenaga pengajar. Oleh karena itu, untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dan efektivitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan memilih salah satu model evaluasi atau menggabungkan dua model evaluasi atau lebih.

2. Rumusan Masalah
       Terdapat berbagai permasalahan yang ingin dikupas dalam makalah ini yaitu :
  1. Apa saja model evaluasi?
  2. Apa itu Model evaluasi CIPP?
  3. Apa itu Model evaluasi Kirkpatrick?
  4. Apa itu Model evaluasi UCLA?
  5. Apa itu Model evaluasi Brinkerhof
  6. Apa itu Model evaluasi Stake?

3.   Tujuan Penulisan
  1. Dapat mengetahui apa saja model evaluasi
  2. Dapat mengetahui apa itu model evaluasi CIPP, Kirkpatrick, UCLA, Brinkerhoff, dan model evaluasi Stake.











BAB II
PEMBAHASAN

A. Model-Model Evaluasi
Model evaluasi adalah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya sama dinamakan dengan nama pembuatnya atau tahap pembuatannya.[4]
             Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakarevaluasi.Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut, dibawah ini dijelaskan lima model evaluasi yang biasanya sering digunakan, yaitu :
  1. Model Evaluasi CIPP
  2. Model Evaluasi Kirkpatrick
  3. Model Evaluasi UCLA
  4.  Model Evaluasi Brinkerhoff
  5. Model Evaluasi Stake atau model Countenance
Berikut uraian dari kelima model evaluasi di bawah ini :
1 . Evaluasi Model CIPP
            Dalam wikipedia, dijelaskan bahwa "CIPP evaluation model is a Program evaluation model which was developed by Daniel Stufflebeam and colleagues in the 1960s. CIPP is an acronym for Context, Input, Process and Product. CIPP is an evaluation model that requires the evaluation of context, input , process and product in judging a programme’s value.[5]
Model Evaluasi CIPP Model evaluasi CIPP yang dikemukakan oleh Stufflebeam & Shinkfield (1985) adalah sebuah pendekatan evaluasi yang berorientasi pada pengambil keputusan (adecision oriented evaluation approach structured) untuk memberikan bantuan kepada administrator atau leader pengambil keputusan. Stufflebeam mengemukakan bahwa hasil evaluasi akan memberikan alternative pemecahan masalah bagi para pengambil keputusan. Model evaluasi CIPP ini terdiri dari 4 hurup yang diuraikan sebagai berikut:
a. Contect evaluation to serve planning decision.
     Seorang evaluator harus cermat dan tajam dalam  memahami konteks evaluasi yang berkaitan dengan merencanakan keputusan,mengidentifikasi kebutuhan,dan merumuskan tujuan program.
b. Input Evaluation structuring decision.
     Segala sesuatu yang berpengaruh terhadap proses pelaksanaan evaluasi       harus disiapkan dengan benar. Input evaluasi ini akan memberikan bantuan agar dapat menata keputusan, menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan,     mencari berbagai alternatif Yang akan dilakukan, menentukan rencana yang            matang, membuat strategi yang akan dilakukan dan memperhatikan      prosedur kerja dalam mencapainya.
c. Process evaluation to serve implementing decisio.
     Pada evaluasi proses ini berkaitan dengan implementasi suatu program.       Ada sejumlah pertanyaan yang harus dijawab dalam proses pelaksanaan        evaluasi           ini Misalnya, apakah rencana yang telah dibuat sesuai dengan            pelaksanaan di lapangan? Dalam proses pelaksanaan program adakah          yang harus       diperbaiki? Maka dengan demikian proses pelaksanaan program dapat   dimonitor,        diawasi, atau bahkan diperbaiki.
d. Product evaluation to serve recycling decision.
     Evaluasi hasil digunakan untuk menentukan keputusan apa yang akan dikerjakan berikutnya. Apa manfaat yang dirasakan oleh masyarakat         berkaitan dengan program yang digulirkan? Apakah memiliki pengaruh dan             dampak dengan adanya program tersebut? Evaluasi hasil berkaitan dengan             manfaat dan dampak suatu program setelah dilakukan evaluasi secara        seksama. Manfaat model ini untuk pengambilan keputusan (decision making)        dan bukti pertanggung jawaban (accountability) suatu program kepada       masyarakat. Tahapan evaluasi dalam model ini yakni penggambaran (delineating), perolehan atau temuan (obtaining), dan penyediakan    (providing) bagi para pembuat keputusan.[6]
            Proses evaluasi tidak hanya berakhir pada suatu description mengenai keadaan sistem yang bersangkutan, tetapi harus sampai pada judgement sebagai kesimpulan dari hasil evaluasi. Model ini menuntut agar evaluasi digunakan sebagai input untuk decision making dalam rangka penyempurnaan system secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan adalah penilaina acuan norma (PAN) da penilaian acuan patokan (PAP)

2. Evaluasi Model Kirkpatrick
Menurut Kirkpatrick evaluasi terhadap efektivitas program training mencakup
empat level evaluasi, yaitu: level 1– Reaction, level 2– Learning, level 3– Behavior, level 4– Result
a. Evaluating Reaction
Mengevaluasi terhadap reaksi peserta training berarti mengukur kepuasan peserta (customer satisfaction). Program training dianggap efektif apabila proses training dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta training sehingga mereka tertarik termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain peserta training akan termotivasi apabila proses training berjalan secara memuaskan bagi peserta yang pada akhirnya akan memunculkan reaksi dari peserta yang menyenangkan. Sebaliknya apabila peserta tidak merasa puas terhadap proses training yang diikutinya maka mereka tidak akan termotivasi untuk mengikuti training lebih lanjut. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa keberhasilan proses kegiatan training tidak terlepas dari minat, perhatian dan motivasi peserta training dalam mengikuti jalannya kegiatan training.
b. Evaluating Learning
Menurut Kirkpatrick (1988: 20) Ada tiga hal yang dapat instruktur ajarkan dalam program training, yaitu pengetahuan, sikap maupun ketrampilan. Peserta training dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalamai perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan ketrampilan. Oleh karena itu untuk mengukur efektivitas program training maka ketiga aspek tersebut perlu untuk diukur. Tanpa adanya perubahan sikap, peningkatan pengetahuan maupun perbaikan ketrampilan pada peserta training maka program dapat dikatakan gagal.
Penilaian evaluating learning ini ada yang menyebut dengan penilaiah hasil (output) belajar. Oleh karena itu dalam pengukuran hasil belajar (learning measurement) berarti penentuan satu atau lebih hal berikut: a). Pengetahuan apa yang telah dipelajari ?; b).Sikap apa yang telah berubah?; c). Ketrampilan apa yang telah dikembangkan atau diperbaiki?
c. Evaluating Behavior
Evaluasi pada level ke 3 (evaluasi tingkah laku) ini berbeda dengan evaluasi.
terhadap sikap pada level ke 2. Penilaian sikap pada evaluasi level 2 difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan training dilakukan sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan pada. perubahan tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerja. Apakah perubahan sikap yang telah terjadi setelah mengikuti training juga akan diimplementasikan setelah peserta kembali ke tempat kerja, sehingga penilaian tingkah laku ini lebih bersifat eksternal. Perubahan perilaku apa yang terjadi di tempat kerja setelah peserta mengikuti program training. Dengan kata lain yang perlu dinilai adalah apakah peserta merasa senang setelah mengikuti training dan kembali ke tempat kerja?
d. Evaluating Result
Evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena peserta telah mengikuti suatu program. Termasuk dalam kategori hasil akhir dari suatu program training di antaranya adalah kenaikan produksi, peningkatan kualitas,penurunan biaya, penurunan kuantitas terjadinya kecelakaan kerja, penurunan turnover dan kenaikan keuntungan. Beberapa program mempunyai tujuan meningkatkan moral kerja maupun membangun teamwork yang lebih baik.[7]

3. Evaluasi Model UCLA
Model disebut juga dengan model Alkin yang diambil dari nama pengembangnya yaitu Marvin Alkin (1969). Menurut Alkin, evaluasi adalah suatu proses untuk meyakinkan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi yang tepat, dan menganalisis informasi, sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif. Alkin mengemukakan ada lima jenis evaluasi, yaitu :
  1. Sistem assessment, yaitu untuk memberikan informasi tentang keadaan atau posisi dari suatu sistem.
  2. Program planning, yaitu untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program.
  3. Program implementation, yaitu untuk menyiapkan informasi apakah suatu program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat sebagaimana yang direncanakan.
  4. Program improvement, yaitu memberikan informasi tentang bagaimana suatu program dapat berfungsi, bekerja atau berjalan. Apakah sesuai dengan pencapaian tujuan ? Adakah hal-hal atau masalah-masalah baru yang muncul. secara tiba-tiba ?
  5. Program certification, yaitu memberikan informasi tentang nilai atau manfaat suatu program.

4. Evaluasi model Brinkerhoff
Setiap desain evaluasi pada umumnya terdiri dari elemen-elemen yang sama, ada banyak cara untuk menggabungkan elemen tersebut, masing-masing ahli. evaluasi atau evaluator mempunyai konsep yang berbeda dalam hal ini.. Brinkerhoff & CS mengemukakan tiga golongan evaluasi yang disusun. berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama, seperti evaluator-evaluator yang lain, namun dalam komposisi dan versi mereka sendiri sebagai berikut :
a.       Fixed vs Emergent Evaluation Design
Desain evaluasi yang tetap (fixed) ditentukan dan direncanakan secara. sistematik sebelum implementasi dikerjakan. Desain dikembangkan berdasarkan tujuan program disertai seperangkat pertanyaan yang akan dijawab dengan informasi yang akan diperoleh dari sumber-sumber tertentu. Rencana analisis dibuat sebelumnya di mana sipemakai akan menerima informasi seperti yang telah ditentukan dalam tujuan.
            Kegiatan-kegiatan evaluasi yang dilakukan dalam desain fixed ini antara lain menyusun pertanyaan-pertanyaan, menyusun dan menyiapkan instrument, menganalisisi hasil evaluasi, dan melaporkan hasil evaluasi secara formal kepada pihak pemakai. Dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan atau merumuskan masalah, evaluator harusmengacu kepada tujuan program. Disamping itu, evaluator  juga harus merangsang audience untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang diangggap kurang relevan.
            Untuk mengumpulkan data dalam desain ini dapat menggunakan berbagai teknik, seperti tes, observasi, wawancara, kuesioner, dan skala penilaian.
b.      Formative vs Sumative Evaluation
Evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaiki program. Evaluasi formatif dilaksanakan pada saat implementasi program sedang berjalan. Fokus evaluasi berkisar pada kebutuhan yang dirumuskan oleh karyawan atau orang-orang program. Evaluasi sumatif dilaksanakan untuk menilai manfaat suatu program sehingga dari hasil evaluasi akan dapat ditentukan suatu program tertentu akan diteruskan atau dihentikan. Pada evaluasi sumatif difokuskan pada variable-variabel yang dianggap penting bagi sponsor program maupun fihak pembuat keputusan.
c.       Experimental and Quasi experimental Design vs Naural/Unotrusive
Beberapa evaluasi memakai metodologi penelitian klasik. Dalam hal seperti ini subyek penelitian diacak, perlakuan diberikan dan pengukuran dampak dilakukan. Tujuan dari penelitian untuk menilai manfaat suatu program yang dicobakan. Apabila siswa atau program dipilih secara acak, maka generalisasi dibuat pada populasi yang agak lebih luas.
Dalam beberapa hal intervensi tidak mungkin dilakukan atau tidak dikehendaki. Apabila proses sudah diperbaiki, evaluator harus melihat dokumen-dokumen, seperti mempelajari nilai tes atau menganalisis penelitian yang dilakukan dan sebagainya. strategi pengumpulan data terutama menggunakan instrument formal seperti tes, suvey, kuesioner serta memakai metode penelitian terstandar.[8]

5. Evaluasi Model Countenance Stake
Stake (1967), analisis proses evaluasi yang dikemukakannya membawa dampak yang cukup besar dalam bidang ini dan meletakkan dasar yang sederhana namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi yaitu description dan judgement.
            Stake mengatakan bahwa apabila kita menilai suatu program pendidikan kita, melakukan perbandingan yang relative antara satu program dengan yang lain, atau perbandingan yang absolut (satu program dengan standard).
            Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam model ini ialah bahwa evaluator yang membuat penilaian tentang program yang dievaluasi. Strake mengatakan bahwa description di satu pihak berbeda dengan judgement atau menilai. Dalam model ini, masukan, proses, dan hasil data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaan yang sebenarnya, tetapi juga dibandingkan dengan standard yang absolute, untuk menilai manfaat program.[9]

B. PENUTUP
Kegiatan penilaian dalam evaluasi tidak hanya dilaksanakan pada akhir kegiatan , tetapi sebaiknya dilakukan sejak awal, yaitu dari penyusunan rancangnan, pelaksanaan, dan hasil.
Penilaian hasil tidak cukup hanya pada hasil jangka pendek (output) tetapi dapat menjangkau hasil dalam jangka panjang (outcome and impact program). Ada berbagai macam model evaluasi yang dapat dipilih untuk mengevaluasi. Model mana yang akan digunakan tergantung pada tujuan maupun kemampuan evaluator.
            Yang paling utama, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana dan sistematik, serta mempunyai tujuan yang mengarah pada perubahan. Dengan evaluasi yang baik dan menyeluruh, guru sebagai evaluator akan dapat mengetahui apa yang diharapkan dari kegiatan belajar mengajar.
             







DAFTAR PUSTAKA

Chabib Toha, Tekhnik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
Dr. Farida Yusuf Tayibnafis M.Pd, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008.
Haris Mujiman, Manajemen Pelaiihan Berbasis Belajar Mandiri, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2006.
M. Ridwan, S. Ag,MA Jurnal ilmiah sumut.kemenag.go.id Model Evaluasi Program Pelatihan.
Ross, Ellipse, Freeman, Evaluation: A Systematic Approach US: Thousand Oaks, 2004.


[1] Chabib Toha, Tekhnik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, h.1
[2] Ross, Ellipse, Freeman, Evaluation: A Systematic Approach (US: Thousand Oaks, 2004)
[3] Haris Mujiman, Manajemen Pelaiihan Berbasis Belajar Mandiri, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2006), h.24
[4]Dr. Farida Yusuf Tayib nafis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, h.13
[6]Op.cit 15
[7]Jurnal ilmiah Sumut.Kemenag.go.id 22-7-2014 oleh M. Ridwan, S. Ag,MA yang berjudul MODEL EVALUASI PROGRAM PELATIHAN
[8]Ibid.5
[9]Farida Yusuf Tayib nafis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, h..22

0 komentar:

Posting Komentar